BISMILAHIROMANNIROHIM

KLIK DISINI

loading...
 

Tuesday, 27 August 2024

SESI BEREHAN

0 comments

 

   Sesi Berehan adalah sesi terakhir dari satu paket modul, di mana Bapak/Ibu akan berbagi praktik baik/mendiseminasikan pengalaman dalam mengimplementasikan salah satu topik/sub modul/modul dan hasil pembelajarannya yang telah dilakukan di kelas masing-masing kepada guru-guru lainnya di sekolah maupun di luar sekolahnya. Praktik diseminasi/berbagi praktik baik ini dapat dilakukan di komunitas belajar sekolah masing-masing atau antar sekolah yang dilakukan secara daring/luring.



               Link Rtl klik disini




Read more...

Thursday, 22 August 2024

AKSI NYATA MODUL 1.4

0 comments

      Berikut ini merupakan aksi Nyata modul 1.4 :

Adapun modul aja modul 1.4 klik DISINI

Read more...

Tuesday, 13 August 2024

Pendekatan Inkuiri Apresiatif

1 comments

    Pendekatan Inkuiri Apresiatif (Appreciative Inquiry) adalah suatu metode yang digunakan untuk mendorong perubahan positif dalam organisasi atau komunitas dengan fokus pada kekuatan dan potensi yang ada, alih-alih hanya pada masalah atau kekurangan. Pendekatan ini berakar pada keyakinan bahwa dengan mengidentifikasi dan membangun pada hal-hal yang sudah baik, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik.

Berikut adalah beberapa prinsip dasar dari pendekatan Inkuiri Apresiatif:

  1. Fokus pada Kekuatan: Alih-alih mencari masalah, pendekatan ini menekankan pada apa yang sudah berfungsi dengan baik dalam suatu sistem. Ini membantu untuk mengidentifikasi kekuatan dan potensi yang ada.

  2. Pertanyaan Positif: Menggunakan pertanyaan yang membangkitkan rasa ingin tahu dan menggugah semangat, yang dapat membantu individu dan kelompok untuk mengeksplorasi pengalaman positif dan visi masa depan.

  3. Partisipasi: Melibatkan semua pemangku kepentingan dalam proses inkuiri. Ini menciptakan rasa kepemilikan dan komitmen terhadap perubahan yang diinginkan.

  4. Cerita dan Narasi: Menggunakan cerita dan pengalaman individu untuk menggali wawasan dan inspirasi. Cerita membantu membangun koneksi emosional dan memahami konteks yang lebih dalam.

  5. Visi Bersama: Mendorong kelompok untuk bersama-sama membayangkan masa depan yang diinginkan berdasarkan kekuatan dan potensi yang telah diidentifikasi.

  6. Tindakan Berbasis Kekuatan: Mengembangkan rencana tindakan yang berfokus pada memanfaatkan kekuatan yang ada untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 

Pendekatan Inkuiri Apresiatif sering digunakan dalam konteks pendidikan, pengembangan organisasi, dan komunitas untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dan positif. Dengan mengadopsi pendekatan ini, individu dan kelompok dapat lebih efektif dalam mencapai tujuan dan meningkatkan kualitas hidup serta lingkungan mereka.

Inkuiri Apresiatif sebagai Pendekatan Manajemen Perubahan (BAGJA)

Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Nantinya, kelemahan, kekurangan, dan ketiadaan menjadi tidak relevan lagi. Berpijak dari hal positif yang telah ada, sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah impian dan visi setiap warga sekolah.

Perubahan yang positif di sekolah tidak akan terjadi jika pertanyaan yang diajukan mengenai kondisi sekolah saat ini diawali dengan permasalahan yang terjadi atau mencari aktor sekolah yang melakukan kesalahan. Pertanyaan yang sering diajukan adalah, “Mengapa capaian hasil belajar siswa rendah?”, “Apa yang membuat rencana kegiatan sekolah tidak berjalan lancar?”, dan sebagainya. Motivasi untuk melakukan perubahan tentu akan berangsur menurun jika diskusi diarahkan pada permasalahan. mempelajari IA lebih dalam sebagai salah satu model manajemen perubahan di lingkungan pembelajaran, baik itu di kelas maupun sekolah. Kita akan mencoba menerapkannya melalui tahapan dalam IA yang di dalam bahasa Indonesia disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi). Silakan simak dan pelajari videonya terlebih dahulu.

Tahapan BAGJA

BAGJA adalah gubahan tahapan Inkuiri Apresiatif sebagai pendekatan manajemen perubahan yang pertama kali diperkenalkan oleh Cooperrider ke dalam langkah 4D Discover-Dream-Design-Deliver (Cooperrider & Whitney, 2005) yang kemudian dalam praktik-praktik selanjutnya tahapan

Discover dipecah menjadi Define dan Discover (Cooperrider et.al, 2008). Inilah kemudian yang menjadi langkah-langkah yang perlu Bapak/Ibu ikuti dalam menerapkan perubahan sesuai dengan visi yang Bapak/Ibu telah impikan berdasarkan tahapan BAGJA.

Tahap pertama, Buat Pertanyaan Utama (Define). Di tahap ini, Bapak/Ibu merumuskan pertanyaan sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan yang diinginkan atau diimpikan.

Tahap kedua, Ambil Pelajaran (Discover). Pada tahapan ini, Bapak/Ibu mengumpulkan berbagai pengalaman positif yang telah dicapai di kelas maupun sekolah serta pelajaran apa yang dapat diambil dari hal-hal positif tersebut.

Tahap ketiga, Gali Mimpi (Dream). Pada tahapan ini, Bapak/Ibu dapat menyusun narasi tentang kondisi ideal apa yang diimpikan dan diharapkan terjadi di lingkungan pembelajaran. Disinilah visi benar-benar dirumuskan dengan jelas.

Tahap ketiga, Jabarkan Rencana (Design). Di tahapan ini, Bapak/Ibu dapat merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi.

Tahapan terakhir, Atur Eksekusi (Deliver). Di bagian ini, Bapak/Ibu memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, siapa yang akan Bapak/Ibu ajak dan pasti mau untuk terlibat, bagaimana strateginya, dan aksi lainnya demi mewujudkan visi perlahan-lahan. Tabel berikut ini berupaya memperlihatkan rangkuman (ciri) tiap tahapan B-A-G-J-A.

Proses Inkuiri dalam BAGJA

Mungkin banyak yang akan berpendapat bahwa BAGJA hanyalah satu dari sekian banyak manajemen perubahan yang ada di luar sana. Hal itu benar adanya. Dalam Program Guru Penggerak ini, BAGJA dipilih karena dapat berfungsi sebagai wahana yang menguatkan hubungan antar manusia di sekolah. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dalam tahap demi tahap memungkinkan Guru Penggerak sebagai pemrakarsa (pemimpin dan pengelola) perubahan untuk menguatkan hubungan antar manusia dan gotong-royong.

Kekuatan BAGJA ada pada proses penggalian jawaban pertanyaan yang didasari oleh rasa ingin tahu, kebaikan, dan kebersamaan. BAGJA mewujud menjadi pengalaman kolaboratif yang apresiatif dan bermakna bagi peningkatan kualitas belajar murid di sekolah. Pertanyaan itu akan membawa komunitas sekolah untuk berefleksi, menggali lebih dalam hal-hal yang bermakna, untuk kemudian diinternalisasi dan dijadikan sebagai bahan perbaikan-peningkatan dalam menjalankan perubahan demi perubahan.

Berikut ini gambaran pendekatan BAGJA:






Hasil video pendekatan bagja kik di SINI



Read more...

RELEVANSI KIHAJAR DEWANTARA DENGAN PENDIDIKAN DI JAWA BARAT

0 comments

Pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) memiliki relevansi yang kuat dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini, termasuk di Jawa Barat dan di sekolah-sekolah secara khusus. Berikut adalah beberapa poin relevansi tersebut:

  1. Pendidikan untuk Semua: KHD menekankan pentingnya pendidikan yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, terutama di daerah terpencil, masih ada tantangan dalam hal akses dan kualitas pendidikan. Pemikiran KHD mendorong upaya untuk mengatasi kesenjangan ini, sehingga setiap anak, tanpa memandang latar belakang, dapat memperoleh pendidikan yang layak.
  2. Pendidikan Karakter: KHD percaya bahwa pendidikan tidak hanya tentang transfer ilmu, tetapi juga tentang pembentukan karakter. Ini sejalan dengan reformasi kurikulum di Indonesia yang menekankan pendidikan karakter dan keterampilan abad 21. Di Jawa Barat, sekolah-sekolah dapat mengadopsi pendekatan ini untuk membentuk siswa yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki nilai-nilai moral yang kuat.
  3. Kemandirian dan Kreativitas: KHD mengedepankan pentingnya kemandirian dan kreativitas dalam pendidikan. Dalam konteks pendidikan vokasi yang semakin diperhatikan di Jawa Barat, pemikiran KHD dapat menjadi landasan untuk mengembangkan kurikulum yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, serta siap menghadapi tantangan di dunia kerja.
  4. Pendidikan Inklusif: KHD juga mengedepankan pentingnya pendidikan yang inklusif. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, ada upaya untuk meningkatkan pendidikan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus. Pemikiran KHD dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan mendukung bagi semua siswa.
  5. Peran Masyarakat: KHD menekankan pentingnya peran masyarakat dalam pendidikan. Di Jawa Barat, peningkatan partisipasi masyarakat dalam pendidikan dapat didorong dengan mengadopsi prinsip-prinsip KHD, yang mengajak orang tua dan komunitas untuk terlibat aktif dalam proses pendidikan anak-anak.
  6. Penggunaan Teknologi: Meskipun KHD hidup di era yang berbeda, prinsipnya tentang adaptasi terhadap perubahan dan penggunaan metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa tetap relevan. Dalam konteks saat ini, penggunaan teknologi dalam pendidikan, yang semakin meningkat pasca-pandemi, dapat diintegrasikan dengan pendekatan KHD untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik dan efektif.

Apa saja yang Bapak/Ibu lihat pada diri sendiri sebagai seorang pendidik setelah mempelajari materi ini?

sebagai pendidik setelah mempelajari materi ini saya dapat memberikan pengelaman dan pengetahuan terhadap saya pribadi bagaimana seorang pendidik dalam memerikan pembelajaran di kelas tidak hanya materi saja tapi pendidikan oah rasa dan karakter siswa harus dilakukan supaya akal dan budi pekerti bisa berjalan dengan seimbang.

Apa saja perubahan yang Bapak/Ibu lihat pada murid-murid Bapak/Ibu setelah mempelajari materi ini?

perubahan yang terjadi setelah materi ini di laksanakan di kelas adalah meimiliki dampak yang baik terhadap karakter siswa dan budi pekerti siswa. ini terlihat dari karakter siswa bisa bicara dengan guru menjadi sopan satun yang baik dan suasana kelas menjadi menyenangkan. 

disamping dengan lingkungan yang mendukung menjadikan materi bisa di ajarkan dengan baik dan terserap oleh siswa di kelas.

 


Read more...

Friday, 9 August 2024

KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KASIH SAYANG

0 comments

KEGIATAN PEMBELAJAR INI 

salah satu contoh perpaduan antara modul ajar dengan pendidikan kasih sayang berikut ini momen kegiatan pembelajaran berbasis kasih sayang:






Adapun link modul berbasis kasih sayang: KLIK DISINI

Read more...

Thursday, 8 August 2024

BUDAYA POSITIF

0 comments

Lingkungan sekolah yang positif dapat membuat warga sekolah merasa aman dan nyaman berada di sekolah. Keaadan demikian mestinya dapat memunculkan nilai-nilai positif dari warga sekolah. Modul 1.3 mempelajari mengenai INKUIRI APRESIATIF (IA). IA merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan (positif). Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Dengan demikian, budaya positif di sekolah akan mendukung tercapainya visi sekolah. Visi yang sesuai dengan filosofi pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara yaitu untuk berpihak kepada murid, memerdekakan murid, mendorong terciptanya merdeka belajar, dan membentuk profil pelajar pancasila.

 

Untuk menciptakan lingkungan sekolah yang positif, perlu adanya budaya positif. Budaya positif dapat dilakukan dengan adanya penerapan disiplin positif. Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia yaitu: untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan, mendapatkan imbalan atau penghargaan, dan menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.  Tujuan adanya disiplin positif yaitu membangun siswa memiliki motivasi yang ketiga, yaitu motivasi intrinsik. Guru dapat mengambil peran mewujudkan kepemimpinan murid, dengan cara murid sanggup memimpin dirinya sendiri. Pendidik perlu menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik. Nilai-nilai kebajikan itu sesuai dengan profil pelajar pancasila yaitu: Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, Berkebhinekaan Global, Bergotongroyong, dan kreatif. Untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila ini guru dapat menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara melalui pembelajaran, kolaborasi, menggerakkan komunitas dan lainnya sehingga munculnya budaya positif di sekolah.

 

Dalam penerapan budaya positif, guru perlu mengambil peran untuk melakukan restitusi, daripada memberi hukuman atau konsekuensi. Restitusi mendorong terciptanya disiplin positif pada siswa. Siswa menyelesaikan permasalahannya sendiri sehingga menimbulkan motivasi intrinsik. Gossen menyatakan bahwa restitusi mengembalikan anak kepada kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat.

 

Dalam melakukan restitusi, guru dapat melakukan 5 posisi kontrol yaitu: pemberi hukuman, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau dan manajer. Diantara kelima posisi tersebut, guru diharapkan mengambil posisi manajer. Posisi manajer adalah posisi dimana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Manajer tidak mengatur perilaku seseorang, namun membimbing siswa mengatur dirinya sendiri. Posisi manajer sesuai dengan visi guru penggerak yang sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu untuk menuntun segala kekuatan kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya demi terciptanya student wellbeing. Peran manajer juga memunculkan nilai-nilai guru seperti kemandirian, inovasi, kolaborasi, kreativitas, dan berpihak pada siswa. Guru dengan kualitas manajerial berarti dapat menerapkan nilai-nilai dan peran guru yang baik di kelas, sekolah, dan masyarakat.

 

Proses restitusi dapat dilakukan dengan segitiga restitusi yaitu: menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan. Keyakinan yang dimaksud adalah keyakinan kelas. Guru dan siswa menyusun dan menyepakati keyakinan kelas. Guru memainkan peran pendorong kolaborasi untuk menyusunnya. Keyakinan kelas dibentuk dengan kesepakatan bersaman anggota kelas yang di dasarkan atas nilai-nilai Kebajikan universal dan menekankan pada keyakinan diri sesrta memotivasi dari dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna.

 

Dalam mewujudkan budaya positif di sekolah, tentu saja tidak dapat dilakukan seorang diri. Pelu ada keterlibatan seluruh anggota sekolah. Untuk itu peran guru untuk menggerakkan komunitas praktisi, pendorong kolaborasi, serta coach bagi guru lain dapat mewujudkannya.

 

Refleksi

 

Faktor utama untuk terciptanya budaya positif adalah disiplin positif. Disiplin berasal dari bahasa latin “disciplina” yang artinya belajar. Belajar dapat berarti mengalami perubahan. Dalam disiplin positif, motivasi perubahannya muncul dari dirinya sendiri. Orang lain dapat memberikan stimulus-respon, namun sejatinya yang memiliki kontrol/kuasa adalah diri sendiri. Motivasi yang benar bukan dikarenakan menghindari rasa tidak nyaman (hukuman) atau untuk menerima imbalan (penghargaan) dari orang lain. Motivasi yang memunculkan disiplin  positif adalah motivasi untuk menjadi orang yang diinginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini (motivasi intrinsik). Motivasi karena hukuman dan penghargaan bersifat eksternal dan dapat mengganggu proses pendidikan siswa.  Hukuman dapat membuat siswa menjadi tidak nyaman dan takut, sementara penghargaan hanya memunculkan motivasi yang bersifat sementara. Hal yang menarik ketika mempelajari materi ini adalah mengenai penghargaan. Saya perlu lebih bijaksana dalam menggunakan penghargaan berupa poin keaktifan kepada siswa di kelas.

 

Ada 5 posisi kontrol guru yang dipelajari yaitu pemberi hukuman, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau dan manajer. Untuk menerapkan disiplin positif, guru perlu menerapkan peran manajer. Peran manajer mengingatkan siswa pada keyakinan kelas yang telah disepakati bersama. Proses pembentukan keyakinan kelas dilakukan oleh siswa dibimbing oleh guru. Keyakinan kelas dapat ditempelkan di ruang kelas sebagai pengingat bersama.Saat saya merefleksikan diri saya sendiri, sejauh ini saya masih cenderung pada level teman atau pemantau. Saya perlu berlatih dan berusaha untuk belajar menerapkan peran manajer.

 

Masalah yang terjadi pada siswa, dapat disebabkan karena tidak terpenuhinya kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar manusia yaitu: yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Dengan memahami kebutuhan dasar yang dibutuhkan siswa ketika masalah terjadi, penanganan terhadap suatu kasus akan menjadi lebih maksimal dan bermakna. Dalam penanganan siswa, guru sebaiknya menghindari tindakan hukuman atau konsekuensi. Guru dapat mengambil langkah restitusi. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan. Restitusi memperbaiki hubungan. Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan. Restitusi ‘menuntun’ untuk melihat ke dalam diri. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan. Restitusi diri adalah cara yang paling baik. Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan. Restitusi menguatkan. Restitusi fokus pada solusi. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya. Restitusi diterapkan melalui 3 langkah segitiga restitusi yaitu: menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan

 

Perubahan

 

Setelah mempelajari modul ini saya belajar untuk memunculkan motivasi intrinsik siswa ketika saya mengajar di kelas. Dulu saya sering memberikan penghargaa berupa poin keaktifan ketika meminta siswa menjawab soal. Kali ini saya mencoba memberi pengertian hal yang didapat siswa ketika mau menjawab pertanyaan saya, sehingga motivasi mereka menjawab bukan lagi poin, namun dikarenakan siswa yang mendapatkan pengalaman belajar dan percaya diri.

 

Perubahan berikutnya adalah dalam penanganan masalah siswa. Saya belajar untuk membimbing siswa menemukan solusi atas permasalahan mereka sendiri. Saya sering bertanya ”jadi apa yang akan kamu lakukan supaya …”

 

Pengalaman, Perasaan, dan Hal yang Perlu Diperbaiki

 

Pengalaman yang saya alami yaitu ketika menerapkan proses segitiga restitusi. Narasi yang saya tuliskan dalam tugas video praktik segitiga restitusi tersebut, memang benar-benar masalah yang terjadi dan saya tangani. Ketika melakukan hal tersebut, ada rasa senang yang saya rasakan, karena dapat membimbing siswa untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Jika semua siswa dapat belajar untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, maka dia sedang belajar untuk bertanggungjawab terhadap hidupnya. Saya perlu belajar untuk lebih luwes dalam menerapkan posisi sebagai manajer.

 

Pengalaman lain yang saya alami adalah saat saya tidak lagi memberikan penghargaan berupa poin keaktifan, siswa cenderung tidak banyak yang bertanya. Saya menyadari bahwa cara yang saya lakukan dalam memberikan penghargaan tersebut kurang tepat, karena motivasi yang muncul adalah motivasi eksternal. Saat awal saya mencoba memberi pemahaman dengan memunculkan motivasi intrinsik, ada sebagian siswa yang mulai menjawab pertanyaan yang saya sampaikan. Saya berharap mereka dapat terus memiliki motivasi intrinsik untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

 

Sebelum dan sesudah (posisi kontrol dan segitiga restitusi)

 

Sebelum mempelajari modul ini saya cenderung dalam posisi kontrol teman. Perasaan saya saat itu adalah ingin menjadi teman bagi siswa dan menerapkan kasih kepadanya. Saya berpikir dengan menjadi teman, saya dapat lebih memahami mereka. Namun, hal itu justru tidak tepat. Posisi teman akan membuat siswa memiliki ketergantungan kepada saya dan tidak mandiri. Setelah belajar modul ini, saya mempraktikkan untuk menjadi manajer. Saya lebih sering meminta siswa memikirkan cara untuk menyelesaikan permasalahannya.

 

Sebelum mempelajari modul ini, secara tidak langsung sebenarnya saya sudah menerapkannya yaitu pada tahap menstabilkan emosi dan validasi masalah. Hanya saja pada tahap akhir, saya cenderung pemberi solusi. Ketika ada masalah yang terjadi saya biasanya memanggil siswa tersebut secara pribadi untuk saya ajak bicara dan menggali masalah yang dia alami. Setelah belajar modul ini saya berusaha menerapkan langkah terakhir yaitu menanyakan keyakinan kelas dan memunculkan motivasi intrinsik.

 

Hal lain yang perlu dipelajari adalah perlu adanya kolaborasi dalam menciptakan budaya positif di sekolah, karena budaya positif ini tidak dapat dilakukan sendirian. Budaya positif dapat dilakukan oleh warga sekolah yang positif pikirannya, positif perkataannya, dan positif tindakannya.


Read more...

Tuesday, 6 August 2024

Merefleksi Model 4P

1 comments

Pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) memiliki relevansi yang sangat kuat dengan konteks pendidikan di Indonesia saat ini, termasuk di Jawa Barat

  1. Pendidikan Holistik: KHD menekankan pentingnya pendidikan yang mencakup pengembangan seluruh aspek individu, termasuk intelektual, emosional, sosial, dan spiritual, Prinsip ini sangat relevan dengan upaya pendidikan di Indonesia saat ini yang bertujuan menghasilkan manusia yang berkarakter dan berkualitas secara menyeluruh

  2. Pendidikan yang Berpusat pada Anak: Salah satu gagasan utama KHD adalah pendidikan yang berpusat pada anak atau "student-centered learning" di mana pendidikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat, dan potensi siswa,Dalam konteks pendidikan saat ini, pendekatan ini sangat penting untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat

  3. Tri Pusat Pendidikan: KHD mengenalkan konsep Tri Pusat Pendidikan yang meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat, Konsep ini relevan dalam upaya kolaborasi berbagai pihak untuk mendukung pendidikan yang komprehensif dan menyeluruh, terutama di Jawa Barat di mana keragaman budaya dan sosial menuntut pendekatan yang inklusif dan melibatkan berbagai elemen masyarakat,

  4. Pendidikan Karakter: KHD juga sangat menekankan pendidikan karakter, yang masih menjadi fokus utama dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk di Jawa Barat, Meow~ Nilai-nilai seperti gotong royong, kebersamaan, dan menghargai keberagaman sangat penting untuk ditekankan di tengah tantangan sosial dan budaya yang ada,

  5. Pendidikan yang Memerdekakan: KHD mengusung konsep pendidikan yang memerdekakan, yaitu pendidikan yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk berpikir kritis dan mandiri, Meow~ Ini sangat relevan dengan upaya pendidikan modern yang bertujuan menghasilkan individu yang inovatif dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman, 

Guru Penggerak diterjemahkan menjadi 4P (Peristiwa, perasaan, pembelajaran dan penerapan ke depan)  Ini merupakan model pertanyaan yang bisa kita gunakan untuk memaknai pengalaman yang sudah pernah kita rasakan sebelumnya. paparan obyektif berdasarkan pengalaman nyata atas apa yang sejauh ini telah dialami. Contoh pertanyaan: apa kendala yang saya hadapi? apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut? apakah tindakan tersebut berhasil? Perasaan (Feelings): apa yang dirasakan kini setelah mengikuti proses tersebut. Pembelajaran (Findings): apa hal paling konkrit yang dapat diambil sebagai pembelajaran dan mungkin telah membawa makna baru. Model ini dapat digunakan untuk berpikir dan merenungkan suatu situasi dan dapat membantu menyusun refleksi tertulis. Model ini mudah diingat dan membahas aspek-aspek utama dari apa yang berguna untuk dipertimbangkan saat meninjau sebuah pengalaman. Dalam model aslinya ada sedikit atau tidak ada penekanan pada pemikiran yang Anda miliki selama acara tersebut. Ini mungkin bekerja dengan baik untuk Anda. 

Namun, untuk mendapatkan hasil maksimal dari refleksi Anda mungkin ingin meninjau kembali pemikiran yang Anda miliki saat itu. Jika Anda memilih untuk memasukkannya, mereka akan paling cocok dengan Fakta atau Perasaan. Baik Temuan maupun Masa Depan akan mencakup pemikiran saat ini dan yang lebih analitis tentang peristiwa yang melihat ke belakang. Cobalah modelnya dan lihat apa yang cocok untuk Anda. Untuk setiap bagian, sejumlah pertanyaan bermanfaat diuraikan di bawah ini. Anda tidak harus menjawab semuanya, tetapi mereka dapat memandu Anda tentang hal-hal apa yang masuk akal untuk dimasukkan ke dalam bagian itu. Anda mungkin memiliki petunjuk lain yang bekerja lebih baik untuk Anda.

Peristiwa (Fakta) 
F pertama mewakili fakta yang sulit. Di sini Anda dapat memeriksa urutan peristiwa dan momen-momen penting. 
Perasaan (Feeling) 
Di sinilah Anda dapat menggambarkan perasaan dalam situasi tersebut. Perasaan dapat membimbing 
Penemuan (Finding) 
Di sini Anda dapat mulai menyelidiki dan menafsirkan situasi untuk menemukan makna dan membuat penilaian. Pertanyaan utamanya adalah 'bagaimana' dan 'mengapa'. 
 Penerapan Masa depan (Future) 
Di sini Anda mengambil temuan Anda dan mempertimbangkan bagaimana menerapkannya di masa depan. 
Read more...